TIDAK lama lagi Dewan Kesenian Jawa Tengah (DKJT) akan menggelar hajatan penting yang menentukan keberlangsungan hidup lembaga ini selama empat tahun ke depan.
Hajatan Musyawarah Daerah (Musda) ke-V DKJT, jika tidak lagi ada perubahan, rencananya diselenggarakan di Baturaden Purwokerto, 22-23 Oktober 2011. Sejumlah tokoh diisukan akan meramaikan bursa ketua pengganti Bambang Sadono. Siapakah yang pantas ?
Hajatan Musyawarah Daerah (Musda) ke-V DKJT, jika tidak lagi ada perubahan, rencananya diselenggarakan di Baturaden Purwokerto, 22-23 Oktober 2011. Sejumlah tokoh diisukan akan meramaikan bursa ketua pengganti Bambang Sadono. Siapakah yang pantas ?
Ketua DKJT Bambang Sadono memang sudah memastikan tidak akan mencalonkan dirinya lagi karena pertimbangan posisinya saat ini tengah sebagai dewan di DPRD Jateng. “Saya pikir, tidak etis kalau saya jadi ketua lagi, karena saya sekarang ada di Komisi E DPRD Jateng. Masa selaku pengontrol anggaran APBD yang dipakai operasional DKJT malah duduk sebagai ketua,” jelasnya, beberapa waktu lalu.
Sebagai penggantinya, belakangan muncul sejumlah nama yang senter dibicarakan akan maju dalam bursa Ketua DKJT periode 2011-2014. Sebut saja Rustono, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Unnes; Marco Manardi, Ketua Dewan Kesenian Semarang (Dekase); Timur Sinar Suprabana, Triyanto Triwikromo, serta Ahmad Khoirudin, Direktur Hysteria (akrab disapa Adin).
Bahkan, di salah satu grup dalam jejaring sosial fesbuk, Adin digadang-gadang oleh para seniman muda sebagai sosok yang paling pantas memimpin DKJT karena dinilai sudah terbukti terampil di bidang pengorganisasian kesenian, manajemen seni, konseptor, dan melakukan berbagai kegiatan jejaring bersama kelompok-kelompok kesenian di Jateng.
Ambigu
Agung Hima, praktisi seni dan Koordinator Openmind Community mengungkapkan, harus diakui, lembaga dewan kesenian yang terbentuk sejak 3 Agustus 1993 ini sampai sekarang masih tertatih-tatih dan belum optimal dalam menggairahkan dan mengembangkan kesenian di Jateng. Penyebabnya pun kompleks. Dari persoalan tidak jelasnya kelembagaan sampai ketidakbecusan pengurusnya dalam memposisikan lembaga ini sebagai katalisator bagi kesenian Jateng.
“Sampai saat ini, praktek kerja kelembagaan ini ambigu. tidak punya hubungan fungsional yang jelas dengan dewan-dewan kesenian kota. DKJT berjalan sendiri, dewan kesenian kota juga berjalan sendiri. Jika tujuannya untuk mengembangkan kesenian Jateng, sepatutnya ada kerjasama bersama wong yang tahu persis kebutuhan-kebutuhan kesenian di daerah kan dewan kesenian kota setempat,” jelasnya, kemarin. (9/9).
Jika DKJT memang ingin bekerja sendiri, dilanjutkannya, paling tidak harus punya pengurus yang siap kerja harian secara aktif. “Sampai sekarang saja, saya yakin banyak yang tidak tahu di mana sebenarnya DKJT berkantor. Menyangkut surat-menyurat terkadang salah alamat ke Kantor Dekase,” bebernya.
Ia berharap dengan akan dilangsungkannya musda akan bisa melahirkan Ketua DKJT yang mampu merehab DKJT menjadi lembaga yang aktif memajukan kesenian Jateng. DKJT, menurutnya, harus dipimpin sosok yang memang tahu persis kerja dunia kesenian, mengerti manajemen kesenian. sokhibun Ni’am/rif
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.